“Tok-tok-tok! Paket!” terdengar ketukan keras dan teriakan pak pos dari luar rumah saat aku sedang ngobrol dengan salah satu temanku. Hmmm sesuai dugaanku. Kiriman buku berjudul Sembari Cari kutu yang dikirim langsung dari mbak Nurul F Huda penulisnya. Kok sudah dikirim padahal aku belum transfer uangnya lho (Hehehehe maaf ya mbak belum bisa transfer). Lihat tulisan di covernya yang berbunyi “Panduan cerdas ngerumpi” dan baca-baca sekilas beberapa judul artikelnya saya jadi senyum-senyum sendiri (sebenarnnya ketawa sih. Sampai terbahak-bahak lagi) karena jadi ingat kejadian-kejadian sehari-hari yang saya alami.
Dari judulnya saja “sembari cari kutu: panduan cerdas ngerumpi” akan terbayangkan sekumpulan ibuk-ibuk sedang estafet saling nyarikan kutu di kepala yang lain dan tentunya diselingi cekakak-cekikik tawa gak penting dan obrolan khas yang lazimnya disebut “ngerumpi”. Gambarannya sama lah seperti yang pernah aku lihat waktu masih kecil. Maklum hidup di kampung tiap hari ya tontonannya kayak gitu. Ibuk-ibuk ngerumpi sambil cari kutu. Macem-macem yang diomongin mulai dari harga minyak goreng yang naik lah, ngantri minyak tanah, kemaren arisan gak kebagian dan ujung-ujungnya tetangga-tetangga sebelahpun juga turut jadi sasaran rumpian mereka. Yaaah biasanya sih bergosip-gosip ria sambil dibumbu-bumbuin dikit lah biar makin sedap di dengar dan heboh.
Apalagi sekarang infotainment gossip malah makin memperparah kebiasaan ini. Jadinya sibuk meneropong kuman-kuman di seberang lautan sedangkan kuman-kuman di badan sendiri malah dibiarkan.
Nah di buku kiriman ini tadi diutarakan tentang sifat-sifat wanita yang suka heboh, susah jaga rahasia, dan susah memendam masalah sendiri sampai ada anekdot: Bila ingin sebuah berita tersebar dengan cepat katakan pada seorang perempuan dengan bilang “Jangan bilang siapa-siapa” karena dengan begitu justru malah makin heboh dan tak tahan buat digunjingkan. Ya salah satunya dengan bergosip-gosip ria.
Disebutkan juga kenapa gosip itu selalu identik dengan perempuan yang ternyata sejak jaman para Nabi pun sudah sering terjadi masalah besar karena ulah bibir perempuan. Bahkan diebutkan dalam Al-Qur’an semisalnya saja penghianatan istri nabi Luth yang mengabarkan kedatangan Malaikat dalam rupa manusia tampan pada kaum kafir.
Juga ketika para perempuan mesir (yang ternyata sejak jaman ini pun sudah ada kebiasaan bergosip ria) yang menggunjingkan istri Al Aziz karena kepincut sama pembantunya Yusuf A.S. Kurang tahu sih dulu model nggosipnya gimana. Paling kalau jaman sekarang begini “Eh ibuk-ibuk dah pada tahu gossip hot terbaru di sini ga? Ternyata nih ya bu Fulanah itu kepincut sama Fulan pembantunya! (dengan gaya sok dramatis sampai melotot-lotot) dan ibuk-ibuk lain pun akan menanggapi dengan tanggapan yang gak kalah hebohnya “Hah? Masak sih? Aduuuuh amit-amit deh jijay lebay” (dengan gaya norak kegenitan). Juga tentang pergunjingan yang menimpa Aisyah R.A. dengan Shofwan yang tentunya juga melibatkan perempuan sebagai penyebarnya.
Tapi sebenarnya gak Cuma perempuan kok yang suka bergosip-gosip ria. Laki-laki pun juga banyak. Cuma format dan gayanya memang berbeda dari yang dilakukan perempuan. Kalau yang perempuan kayaknya kelihatan banget dari luar sehingga cap penggosip itu kebanyakan dijatuhkan pada perempuan. Kalau perempuan yang digosipkan cenderung mengarah pada penggalangan emosi, opini dan berharap berbuah empati dari yang lain sedang laki-laki cenderung bersifat kompetitif alias berusaha memperlihatkan kehebatan masing-masing apalagi kalo bukan seputar harta, tahta, dan wanita. Istilahnya sok-sok’an lah. Kadang malah saling menjatuhkan.
Ngomong-ngomong soal laki-laki bergosip nih ternyata gak gitu-gitu juga kalau dari pegalamanku. Yang bergosip bukan bersifat kompetitif pun juga ada (Termasuk aku sendiri kali ya. Hehehe). Misalnya “eh masak si Fulanah, Fulaneh dan Fulanih menamakan diri mereka dengan sebutan Tiga Diva? Hahahaha ga malu banget sih tuh orang-orang? Malah ujung-ujungnya ada yang nyebut mereka Tiga Kurcaci wakakakak!” atau “Tadi aku ketemu si Rosa (Bukan nama sebenarnya) katanya dia mau curhat kalo dia dah balikan lagi sama si Rosi (Bukan nama sebenarnya juga). Ah males aku lama-lama sama tuh orang. Bikin pusing aja ceritanya membosankan”.
Kembali lagi ke perempuan. Kenapa perempuan suka menggosip, membicarakan urusan orang lain dll tentu tak lepas dari karakter perempuan yang lebih mudah berempati, senang mendengar dan berbagi dan rasa senasib sepenanggungan yang kadang melewati batas privasi. Karakter ini lah yang membuat perempuan suka membicarakan hal-hal yang remeh dan susah jika mau diajak diskusi yag seriusan dikit kayak analisa situasi politik lah, sosial lah. Saat bergosip, yang dikedepankan justru perasaan padahal seharusnya mengedepankan referensi, rasionalitas dan konklusi.
Intinya, dari semua itu kita (bukan Cuma perempuan tapi juga buat laki-laki termasuk buat aku juga) dilarang bergunjing (termasuk gossip) seperti yang telah diutarakan oleh Rosululloh tentang larangan berghibah karena diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Banyak alasan mengapa Rosululloh mengecap keras pergosipan karena implikasi sosial obyek gossip bisa luar biasa. Antara lain: malu, mencemarkan nama baik, jadi fitnah kalau bumbunya berlebihan sampai cerita aslinya berubah 180 derajat, dan kadang bisa jadi pembunuhan karakter orang yang digosipin. Salah-alah bisa bunuh diri lagi nanti. Bagi pelaku gossip selain dosa juga jelas-jelas akan dituduh sebagi bigos alias biang gosib, biang kerok, dan biang-biang yang lain. Gak enak kan? (jadi introspeksi diri nih hehehe) ingat! Fitnah itu lebih kejam dari tidak menfitnah!
Buku ini isinya gak cuma itu sih. Banyak. Salah satunya yang kusukai yang judulnya Air Mata laki-laki yang berhubungan erat dengan catatanku yang judulnya Laki-Laki Pun Bisa Selembut wanita. Artikel-artikel lain dalam buku ini antara lain tentang super profesi, ojek perempuan, bukan salah janda, kekuatan perempuan, rupa-rupa ibu, seks dan perempuan, antara poligami dan selingkuh, KDRT, Feminisme dan lain-lain yang semuanya sayang kalau sampai dilewatkan untuk dibaca.
Seperti halnya diriku yang pesan buku itu langsung dari penulisnya, teman-teman pun juga bisa memesannya langsung ke mbak Nurul F Huda. Cari aja FB-nya. Lumayan lho dapet bonus kata-kata motivasi, tandatangan penulisnya (minta cap jempol juga boleh kayaknya) dan diantar ke alamat masing-masing.
rica shared dari k' danang kawantoro
Dari judulnya saja “sembari cari kutu: panduan cerdas ngerumpi” akan terbayangkan sekumpulan ibuk-ibuk sedang estafet saling nyarikan kutu di kepala yang lain dan tentunya diselingi cekakak-cekikik tawa gak penting dan obrolan khas yang lazimnya disebut “ngerumpi”. Gambarannya sama lah seperti yang pernah aku lihat waktu masih kecil. Maklum hidup di kampung tiap hari ya tontonannya kayak gitu. Ibuk-ibuk ngerumpi sambil cari kutu. Macem-macem yang diomongin mulai dari harga minyak goreng yang naik lah, ngantri minyak tanah, kemaren arisan gak kebagian dan ujung-ujungnya tetangga-tetangga sebelahpun juga turut jadi sasaran rumpian mereka. Yaaah biasanya sih bergosip-gosip ria sambil dibumbu-bumbuin dikit lah biar makin sedap di dengar dan heboh.
Apalagi sekarang infotainment gossip malah makin memperparah kebiasaan ini. Jadinya sibuk meneropong kuman-kuman di seberang lautan sedangkan kuman-kuman di badan sendiri malah dibiarkan.
Nah di buku kiriman ini tadi diutarakan tentang sifat-sifat wanita yang suka heboh, susah jaga rahasia, dan susah memendam masalah sendiri sampai ada anekdot: Bila ingin sebuah berita tersebar dengan cepat katakan pada seorang perempuan dengan bilang “Jangan bilang siapa-siapa” karena dengan begitu justru malah makin heboh dan tak tahan buat digunjingkan. Ya salah satunya dengan bergosip-gosip ria.
Disebutkan juga kenapa gosip itu selalu identik dengan perempuan yang ternyata sejak jaman para Nabi pun sudah sering terjadi masalah besar karena ulah bibir perempuan. Bahkan diebutkan dalam Al-Qur’an semisalnya saja penghianatan istri nabi Luth yang mengabarkan kedatangan Malaikat dalam rupa manusia tampan pada kaum kafir.
Juga ketika para perempuan mesir (yang ternyata sejak jaman ini pun sudah ada kebiasaan bergosip ria) yang menggunjingkan istri Al Aziz karena kepincut sama pembantunya Yusuf A.S. Kurang tahu sih dulu model nggosipnya gimana. Paling kalau jaman sekarang begini “Eh ibuk-ibuk dah pada tahu gossip hot terbaru di sini ga? Ternyata nih ya bu Fulanah itu kepincut sama Fulan pembantunya! (dengan gaya sok dramatis sampai melotot-lotot) dan ibuk-ibuk lain pun akan menanggapi dengan tanggapan yang gak kalah hebohnya “Hah? Masak sih? Aduuuuh amit-amit deh jijay lebay” (dengan gaya norak kegenitan). Juga tentang pergunjingan yang menimpa Aisyah R.A. dengan Shofwan yang tentunya juga melibatkan perempuan sebagai penyebarnya.
Tapi sebenarnya gak Cuma perempuan kok yang suka bergosip-gosip ria. Laki-laki pun juga banyak. Cuma format dan gayanya memang berbeda dari yang dilakukan perempuan. Kalau yang perempuan kayaknya kelihatan banget dari luar sehingga cap penggosip itu kebanyakan dijatuhkan pada perempuan. Kalau perempuan yang digosipkan cenderung mengarah pada penggalangan emosi, opini dan berharap berbuah empati dari yang lain sedang laki-laki cenderung bersifat kompetitif alias berusaha memperlihatkan kehebatan masing-masing apalagi kalo bukan seputar harta, tahta, dan wanita. Istilahnya sok-sok’an lah. Kadang malah saling menjatuhkan.
Ngomong-ngomong soal laki-laki bergosip nih ternyata gak gitu-gitu juga kalau dari pegalamanku. Yang bergosip bukan bersifat kompetitif pun juga ada (Termasuk aku sendiri kali ya. Hehehe). Misalnya “eh masak si Fulanah, Fulaneh dan Fulanih menamakan diri mereka dengan sebutan Tiga Diva? Hahahaha ga malu banget sih tuh orang-orang? Malah ujung-ujungnya ada yang nyebut mereka Tiga Kurcaci wakakakak!” atau “Tadi aku ketemu si Rosa (Bukan nama sebenarnya) katanya dia mau curhat kalo dia dah balikan lagi sama si Rosi (Bukan nama sebenarnya juga). Ah males aku lama-lama sama tuh orang. Bikin pusing aja ceritanya membosankan”.
Kembali lagi ke perempuan. Kenapa perempuan suka menggosip, membicarakan urusan orang lain dll tentu tak lepas dari karakter perempuan yang lebih mudah berempati, senang mendengar dan berbagi dan rasa senasib sepenanggungan yang kadang melewati batas privasi. Karakter ini lah yang membuat perempuan suka membicarakan hal-hal yang remeh dan susah jika mau diajak diskusi yag seriusan dikit kayak analisa situasi politik lah, sosial lah. Saat bergosip, yang dikedepankan justru perasaan padahal seharusnya mengedepankan referensi, rasionalitas dan konklusi.
Intinya, dari semua itu kita (bukan Cuma perempuan tapi juga buat laki-laki termasuk buat aku juga) dilarang bergunjing (termasuk gossip) seperti yang telah diutarakan oleh Rosululloh tentang larangan berghibah karena diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Banyak alasan mengapa Rosululloh mengecap keras pergosipan karena implikasi sosial obyek gossip bisa luar biasa. Antara lain: malu, mencemarkan nama baik, jadi fitnah kalau bumbunya berlebihan sampai cerita aslinya berubah 180 derajat, dan kadang bisa jadi pembunuhan karakter orang yang digosipin. Salah-alah bisa bunuh diri lagi nanti. Bagi pelaku gossip selain dosa juga jelas-jelas akan dituduh sebagi bigos alias biang gosib, biang kerok, dan biang-biang yang lain. Gak enak kan? (jadi introspeksi diri nih hehehe) ingat! Fitnah itu lebih kejam dari tidak menfitnah!
Buku ini isinya gak cuma itu sih. Banyak. Salah satunya yang kusukai yang judulnya Air Mata laki-laki yang berhubungan erat dengan catatanku yang judulnya Laki-Laki Pun Bisa Selembut wanita. Artikel-artikel lain dalam buku ini antara lain tentang super profesi, ojek perempuan, bukan salah janda, kekuatan perempuan, rupa-rupa ibu, seks dan perempuan, antara poligami dan selingkuh, KDRT, Feminisme dan lain-lain yang semuanya sayang kalau sampai dilewatkan untuk dibaca.
Seperti halnya diriku yang pesan buku itu langsung dari penulisnya, teman-teman pun juga bisa memesannya langsung ke mbak Nurul F Huda. Cari aja FB-nya. Lumayan lho dapet bonus kata-kata motivasi, tandatangan penulisnya (minta cap jempol juga boleh kayaknya) dan diantar ke alamat masing-masing.
rica shared dari k' danang kawantoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar