Sabtu, 28 Januari 2012

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Puluhan mahasiswa dan mahasiswi dari KAMMI Bangka Belitung (Babel) dan FSLDK, Sabtu (10/12/2011) pagi,  menggelar aksi damai dalam memperingati hari Inthifadah Palestina yang jatuh pada 9 Desember 2011, di  Simpang DKT, Jalan Ahmad Yani, Pangkalpinang, Sabtu (10/12/2011).

Melalui aksi itu mereka mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Di sisi lain, mereka menuding Israel salah satu negara pelanggar HAM, tindakan Israel selama ini merendahkan martabat manusia.

Menurut para mahasiswa dan mahasiswi tersebut, rakyat Palestina berhak mendapatkan kemerdekaan dan terbebas dari penjajahan serta peperangan.

Aksi damai KAMMI Babel dan FSLDK tersebut dikawal anggota Polres Pangkalpinang. Tampak, polisi hanya mengatur lalu lintas di sekitar jalan agar aksi damai tersebut tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.

Untuk yang nyaris putus asa,
bisikkanlah

Tuhanku Yang Maha Melapangkan,

... Ingin rasanya aku menyerah,
melepaskan ini semua dan
membiarkan diriku hilang
dalam ketidak-pedulian.

Tapi aku tak mungkin ikhlas
membiarkan jiwa baikku ini rusak.

Sebetulnya aku hanya letih
dan sedikit merasa tak disayangi

Tapi aku tahu,
Engkau mencintaiku.

Tuhan,
lapangkahlah dadaku,
teduhkanlah wajahku,
dan tinggikanlah derajatku

Aamiin
disadur dari MARIO teguH

PKS Nongsa - Corinno Ordonez bukan seorang Muslim. Ia penganut Katolik taat. Bertahun-tahun, ia memendam tanda tanya tentang mengapa perempuan Muslim mengenakan jilbab. "Seperti apa rasanya?" katanya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Ia menerima tantangan organisasi mahasiswa Muslim di California State University San Bernardino untuk mengenakan jilbab. Ini adalah program mereka untuk lebih mengenalkan Islam dan meningkatkan saling pengertian antarumat beragama.
"Dulu aku melihat mereka dan aku bertanya-tanya bagaimana orang lain melihat mereka dan mereka menghakimi mereka. Hal-hal seperti itulah yang membuat saya ingin mencobanya," katanya.
Persis, alasan inilah yang ada di balik ide Asosiasi Mahasiswa Muslim menggelar program "Take the Hijab Challenge". Pelalui program ini, para mahasiswi di California State University San Bernardino ditantang untuk mengenakan jilbab, dan setelahnya diharapkan akan berubah sikap. "Dengan cara ini, kesalahpahaman akan kita kikis," kata Naheed Sahak.
Dia mengatakan banyak wanita di negara ini, yang memakai jilbab, mendapatkan respons negatif dan bahkan reaksi bermusuhan.
Padahal jilbab, katanya, diperintahkan dalam Islam salah satunya untuk kesopanan. "Kau tahu, di abad ke-21 ini gadis-gadis berpikir keindahan adalah tentang menampilkan tubuh Anda," kata Sahak.
Para kritikus mengklaim bahwa hijab adalah bentuk penindasan, bahwa perempuan dianggap tunduk kepada pria, karena mereka harus menutupi tubuhnya sedangkan pria tidak.
Kembali ke Ordonez, ia mengatakan bahwa dirinya menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk merapikan jilbabnya. Namun ia tidak keberatan menutupinya untuk mengambil tantangan. Dia bergabung dengan lebih dari 200 wanita selama dua hari.
Ordonez memakainya sekitar kampus, mulai dari kuliah, bertemu teman-temannya, makan di kafetaria, hingga ke perpustakaan.
"Sebagian besar reaksi yang aku dapatkan adalah orang-orang mencoba untuk tidak melihat ke arahku. Jika mereka menatapku seperti karena sebuah 'insiden', dan mereka akan langsung melihat ke bawah," katanya. (republika)

Resep Menikah - Kue Perkawinan kiriman : Nike




Bahan :
1 Pria Sehat
... 1 Wanita Sehat
100% Komitmen
2 Pasang Restu Orang Tua
1 Botol Kasih Sayang Murni

Bumbu :
1 balok besar humor
25g rekreasi
1 bks doa
2 sdt telpon-telponan
5 kali ibadah/hari
(semua diaduk hingga merata dan mengembang)

Tips :
1.Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang
2.Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi rasa. (sebaiknya dibeli di TOSERBA bernama "Tempat Ibadah", walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin)
3.Jangan beli di pasar bernama "Diskotik" atau "Party" karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tetapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
4.Gunakan kasih sayang cap "Dakwah" yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari departemen kesehatan dan kerohanian.

CARA MEMASAK :
1.Pria dan wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya hingga tersisa niat yang murni.
2.Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.
3.Masukkan niat yang murni kedalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit didepan penghulu.
4.Biarkan didalam loyang tadi dan sirami dengan bumbunya.
Kue siap dinikmati.

Catatan :
Kue ini hanya bisa dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan hangat. Tetapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven bermerek " Tempat Ibadah". Setelah mulai hangat, jangan lupa telpon-telponan bila berjauhan.

Selamat mencoba; dijamin semuanya halal koq!
Proyek Pribadi Hari Ini :

Sahabat saya yang sering dihentikan oleh kurangnya keberanian, dengarlah ini ...

Orang yang sedikit keberaniannya, harus banyak akalnya.
...
Itu sebabnya kita sering melihat orang yang bertubuh kecil, memimpin banyak orang yang bertubuh tinggi besar.

Itu juga mungkin sebabnya, kita menemukan orang yang pemalu dan kuper, yang mempekerjakan banyak orang yang supel dan popular dalam pergaulan.

Lemahnya tubuh, banyaknya kekurangan, dan kecilnya keberanian, tidak membatasi kemungkinan yang bisa Anda capai, jika Anda tidak menghalangi kebebasan akal Anda.

Hmm ...

Itu sebabnya Tuhan memberikan akal kepada kita, agar kita menggunakannya sebagai penyeimbang bagi kekurangan kita, dan sebagai pelebih jika kita lebih bersungguh-sungguh.

Dan ini adalah salah satu penjelasan, mengapa tidak akan berubah nasib seseorang, jika dia tidak berupaya.

Orang yang sedikit keberaniannya, harus banyak akalnya.

Mario Teguh - Loving you all as always

:::::. Bismillahirrahmaanirrahiim .:::::

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba sayamelihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu, setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin
Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : “Assalamu’alaikum warahma wabarakaatuh.”
Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58)
(artinya : “Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih”)

Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 )
(“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.

Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?”
Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah SWT yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.


Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?”
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)


Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79)
(“Dialah pemberi aku makan dan minum”)


Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?”
Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah :6) (“Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)


Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187)
(“Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”)


Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-
Baqarah:158) (“Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)


Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)


Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)


Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)


Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)


Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)

Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30)
(“Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya.

Wanita itu berucap lagi. “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)


Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)


Selesai mengikat unta itu saya pun mempersilahkan wanita tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)


Saya pun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.
“Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”). Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.
“Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)


Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan
tidaklah mengingat Allah SWT itu kecuali orang yang berilmu”)


Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)


Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)


Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah hajimengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.

Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan Allah berkata-kata kepada Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam: 12) (“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)

Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.


Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)

Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu
menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :
“Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-
Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)

Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :
“Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”

Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya
saya pun berucap :
“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21)
(“Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar”)


[Disarikan oleh: DHB Wicaksono, dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168] dari Situs Al-Muhajir —